Jumat, 22 Oktober 2010

Mengenal Unsa Makassar

Universitas Sawerigading (UNSA) Makassar jika ditelusuri dalam jejak sejarah yang teramat panjang, maka akan ditemukan fakta sejarah yang cukup valid menyebutkan, kalau kampus yang didirikan oleh Prof.Dr (Hc) Nuruddin Syahadat, sudah hadir mengambil peran dalam proses pembelajaran dan pencerdasan anak-anak bangsa sejak tahun 1943, dua tahun sebelum republik ini merdeka.

Jika dibuka website beberapa kampus yang kini sudah relatif mapan, di antaranya Universitas Hasanuddin; Universitas Brawijaya, Universitas Diponegoro dan beberapa kampus lainnya, maka didalam situs itu tertulis secara jelas, kalau cikal bakal kehadiran kampus itu, adalah berasal dari kampus cabang Universitas Sawerigading yang berpusat di Makassar.

Realitas demikian sekaligus menjadi modal sejarah bagi UNSA untuk pengembangan kampus di masa mendatang. Modal sejarah yang cukup kuat akan menjadi pemotivasi dan pendorong semangat bagi jajaran civitas akademika guna meraih kejayaan masa lalu dengan tetap melakukan adaptasi dengan tuntutan dan kenyataan yang sedang berproses hari ini.

Rektor Universitas Sawerigading, Drs.H. Muh Hasyim, SH, MH, ketika ditemui CERDAS di kampusnya, Jl. Kandea I Makassar, mengemukakan, Universitas Sawerigading pada perjalanannya telah melewati tiga pase perkembangan. Fase pertama tahun 1940-an sampai dengan 1950 –an adalah fase awal membangun dan membesarkan kampus.

Fase ini adalah masa kejayaan tahun 1960-an 1980-an, periode ini UNSA memiliki cabang kampus di Jawa dan Sumatera dengan jumlah mahasiswa dan dosen dalam jumlah yang sangat besar. Periode itu kampus betul-betul mengalami masa kejayaan selaku kampus yang memiliki cabang di hampir kota-kota besar di republik ini.

Fase kejayaan ini akhirnya mengalami masa-masa surut, seiring dengan usia pengelola yang juga mulai tua serta proses kaderisasi dalam pengelolaan manajemen yang kurang siap menjadikan UNSA secara pelan-pelan berada pada fase kemunduran dan malah pernah nyaris tutup karena mahasiswa yang semakin surut dan berkurang.

Periode surut ini kata magister hukum UMI Makassar ini, tidak berlangsung lama karena memasuki tahun 1980-an merupakan fase kebangkitan dengan melakukan pembenahan dan penataan manajemen agar mampu hadir sebagai sebuah institusi yang tangguh dalam melakukan proses pembelajaran.

Kurun waktu dua dasawarsa belakangan ini, cukup memberi kesempatan para pengelola melakukan penataan dan menjadikan UNSA saat ini sebagai salah satu kampus yang mulai cukup dikenal oleh masyarakat. Mahasiswa dari tahun ke tahun mulai bertambah dan sarana serta prasarana juga semakin disempurnakan, kata Muh Hasyim.

Akreditasi Program Studi

Para pengelola kampus sejak dari awal memasuki fase kebangkitan, bertekad untuk menjadikan semua program studi yang dikelola mendapat pengakuan akreditasi dari BAN PT. UNSA mengelola 6 fakultas yakni; FISIP dengan prodi, administrasi negara dan ilmu sosiologi. Fakultas Hukum, prodi ilmu-ilmu hukum. Fakultas Sastera, prodi Sastera Inggeris. Fakultas Tehnik, prodi tekhnik elektro. Fakultas Ilmu Kependidikan dengan prodi, pendidikan matematika dan pendidikan bahasa.

Kenyataannya, program studi yang dibina sudah mendapat pengakuan akreditasi. Pengakuan yang diberikan oleh masyarakat menurut Hasyim akan terus dipelihara dan dipertahankan dengan menyajian pelayanan proses pembelajaran sesuai dengan regulasi aturan yang ada.

Salah satu bukti dari kepercayaan pemerintah kepada UNSA adalah, pemberian izin tahun lalu untuk membuka fakultas ilmu pendidikan. Fakultas yang baru itu merupakan sebuah pengakuan dan amanah dari pemerintah, kalau UNSA sudah siap dan mampu mengelola fakultas kependidikan, guna menghasilkan sarjana pendidikan yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat.

Tingkatkan SDM Dosen

Memberi nilai tawar lebih tinggi lembaga pendidikan, maka peningkatan kualitas SDM tenaga dosen dan administrasi menjadi skala prioritas yang utama. Kampus yang tidak memiliki tenaga dosen berkualitas dengan indikator pada jenjang pendidikan dosen, akan sulit bersaing dan melanggengkan operasional kampus bersangkutan. UNSA mengantisipasi tantangan itu tegas Hasyim, maka sejak tiga tahun terakhir paling sedikit 10 dosen sedang dan akan lanjut studi S3 di kampus yang ada di Jawa dan Makassar.

Saat ini ada 1dosen lagi studi S3 di Universitas Airlangga Surabaya dan Universitas Brawijaya Malang. Empat orang mendaftar tes S3 di UNHAS; Dua orang tes S3 Universitas Negeri Makassar (UM), tiga orang ikut tes S3 di UMI Makassar. Jika para dosen tersebut usai merampungkan studi, berarti kampus akan memiliki SDM yang memiliki daya saing yang cukup kuat.

Laboratorium Sosial

Penguatan pengabdian masyarakat sehingga kampus menjalin kerjasama dengan Pemkot Makassar menggagas, Pulau Binaan pada salah satu gugus pulau-pulau kecil di Selat Makassar yang bernama Pulau Lumu-Lumu. Pulau binaan itu sudah dijalani 3 tahun, dan menjadi laboratorium sosial bagi civitas akademika melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.

Kehadiran civitas akademika di pulau disambut positif warga . Pendidikan anak-anak pulau yang terlantar selama ini, maka sejak UNSA membina, kesadaran orang tua untuk menyekolahkan anak-anak mulai tumbuh kembali.

Selain pulau binaan,, UNSA juga sedang merintis desa binaan di Kabupaten Takalar yakni di Desa Bontolanra. Pihak kampus sedang melakukan negosiasi dengan pemerintah kabupaten Takalar untuk menjadi salah satu desa binaan, tegas Hasyim.

UNSA juga memiliki Koperasi Civitas Akademika (KOSIKA) Sawerigading, yang mengembangkan unit usaha pada pengumpulan getah pinus di Maros dan Polmas. Unit usaha tersebut sekaligus menjadi wadah bagi mahasiswa guna melakukan penelitian sosial tentang petani pinus di kedua wilayah tersebut, kata Hasyim.

Hasyim termasuk perintis awal mengantar UNSA mendapat kembali izin operasional terdaftar di Kopertis Wilayah IX Sulawesi tahun 1988. Saat ini Muh Hasyim didampingi Wakil Rektor I, II dan III yakni; Prof.Dr.A.Melantik Rompegading, SH, MH; Drs.Umar Kamaruddin, S.Sos, M.Si dan Drs. Muh Ilyas, MM.

2 komentar: